4 Level Authority: Kita Berada di Mana?

Fachmy Casofa

Dalam ranah personal branding, ada beberapa level dari authority. Hal ini untuk menjadi pemisahan fase, saat personal branding seseorang sudah ‘jadi’ ataukah belum.

Kita bahas satu per satu.

1. Generalist

Level ini adalah level untuk orang yang biasa-biasa saja. Punya skill memang, tetapi pengalamannya masih sangat sedikit. Pada level ini, jalan ‘kesuksesan’ yang terbentang di depan masih terasa sangat sempit, karena kita masih generalis dengan skill yang masih medioker.

Misalkan, kita adalah seorang yang memiliki skill desain grafis. Skill kita masih dalam tahap biasa-biasa saja, karena di luar sana sangat banyak orang yang memiliki skill sama dengan kita. Dan banyak juga yang memiliki portofolio.

Yang menjadi penanda penerbedaan signifikan dalam tahap ini adalah kualitas portofolio untuk menjadi bukti bahwa skill kita ‘sedikit berbeda’ di antara kebanyakan orang.

Sebagaimana kata Pandji yang mengutip dari Seth Godin dalam Purple Cow, “Sedikit lebih beda lebih baik daripada sedikit lebih baik.”

Pada tahap ini, yang harus kita gali dan kembangkan lebih jauh adalah investasi terhadap diri sendiri. Investasi untuk makin membuka pola pikir dan visi jauh ke depan serta rencana-rencana matang untuk ‘menggeser nasib’ agar tidak selalu berada dalam ranah medioker tersebut.

Dan yang paling penting juga adalah semangat yang tak pernah patah untuk terus melaju ketika kegagalan-kegagalan menyerbu. Mengapa? Karena ini adalah fase terpanjang yang harus dilalui dengan segala derita dan cobaannya, sebelum kemudian berada di level kedua, yakni specialist.

2. Specialist

Nah, pada level ini, kita harus makin mengerucutkan skill apa yang harus benar-benar menjadi penanda bagi kita di antara riuhnya market. Untuk menjadi berbeda, kita tak boleh sama dengan kebanyakan orang. Harus memiliki sangat sedikit hal untuk menjadi spesial.

Misalkan.

Dalam kasus desainer grafis tadi, harus segera menentukan ranah apa yang ingin menjadi ladangnya. Apakah jago dalam logo, vektor, photo manipulation, dan lain sebagainya.

Kaidah di sini adalah: seorang specialist harus memiliki skill dan bisa nge-solve problem tertentu dengan bekal pengalaman yang cukup.

3. Expert

Pada level ini, kita sudah sangat menjadi ahli dalam skill dan ceruk market yang kita kuasai. Misalkan, desainer grafis yang jago banget dalam urusan logo dengan klien-klien perusahaan besar baik dari lokal maupun internasional.

Semakin expert akan semakin dicari orang. Apalagi bila kemudian memiliki bisnisnya sendiri. Dengan begitu, kaidah yang terjadi di sini: uang yang mendatanginya, bukan ia yang bersusah payah mendatangi di mana sumber uang berada.

4. Celebrity Authority

Skill matang, pengalaman luar biasa panjang, dan bisnis berbondong-bondong datang kepada kita, plus satu lagi, kita dikenal secara masif. Ini adalah level tertinggi. Skill, bisnis, koneksi, eksposur, dan lain sebagai, sudah menjadi makanan sehari-hari yang membersamai kita.

Misalkan, kalau dalam kasus desainer grafis ya seperti Chris Do dari The Futur. Atau dalam ranah bisnis berarti seperti Russel Brunson, Gary Vee, Dan Lok, dan lain sebagainya.

Pertanyaannya sekarang, berada di level manakah kita?

 

***

 

Konten ini ditulis oleh Fachmy Casofa, Founder of Enxyclo Creative Network Company. Topik-topik dalam Founder’s Note ditulis untuk mengeluarkan uneg-uneg sekaligus perspektif yang saya dapatkan dalam dunia bisnis untuk segera saya tuangkan lewat tulisan.

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.