Mitos dalam Berbisnis – Ngomongin mitos memang tidak bakal ada habis-habisnya. Ada mitos yang mengatakan kalau ingin berbisnis, harus punya banyak pengalaman. Kalau nggak berpengalaman, mending nggak perlu mikirin bisnis. Jangankan berbisnis, ngebayangin bisnis pun kadang masih dianggap nggak masuk akal kalau belum berpengalaman.
Bicara tentang ”pengalaman”, yang terbayang pasti orang berumur dengan segudang kisah heroik setelah mencicipi asam garam kehidupan. Kisah-kisah yang mungkin kalau diceritain bakal bikin nangis sesenggukan. Tapi kenyataannya umur nggak selalu berbanding lurus kok dengan apa itu yang diyakini sebagai ”pengalaman”. Umur yang terbilang muda pun bisa punya lebih banyak pengalaman dibanding mereka yang yang telah berumur.
Ada kata-kata yang mungkin pernah kamu denger; menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan. Kata-kata tersebut menunjukkan jika umur tidak jadi alasan apakah seseorang punya banyak pengalaman atau tidak. Sama halnya dalam dunia bisnis, umur tidak selalu menjadi alasan untuk memulai sebuah bisnis.
Menurut buku ampuh karangan Ir. Djati Sutomo, selain mitos dalam berbisnis yang berkaitan dengan umur, ada pula mitos-mitos lain di dunia wirausaha yang diyakini kebenarannya sampai sekarang. Bisa dibilang mitos-mitos itu adalah energi negatif yang secara nggak sadar menghambat seseorang melakukan langkah awal untuk memulai sebuah usaha.
Mitos-mitos ini sebenarnya tak lebih dari paradigma yang telanjur dipercaya khalayak ramai. Padahal mitos bukanlah sesuatu yang nyata-nyata mutlak kebenarannya, malahan sebaliknya. Terjebak dalam lingkaran mitos yang tidak menguntungkan sama sekali. Karena itulah, memahami bahwa mitos hanya akan menghambat kemajuan justru akan membuatmu lebih percaya akan kemampuan diri dan mampu memulai bisnis.
BAKAT SEJAK LAHIR
Sekilas pernyataan tersebut benar sekali. Seorang pengusaha itu ya punya bakat bawaan. Kalau nggak ada bakat, ya nggak bisa jadi pengusaha. Tapi, rasa-rasanya kok hanya orang-orang yang terpilih sejak lahir saja yang punya kemampuan berwirausaha. Lalu, gimana nasib orang-orang yang pengen berbisnis tapi bukan orang yang terpilih? Kalau dipikir-pikir lagi, hal itu jadi terdengar kurang adil.
Kenyataannya tidak semua pengusaha mendapatkan kemampuan tersebut sejak lahir. Nggak mungkin bayi yang tiba-tiba lahir langsung bisa berdagang. Tentunya harus ada proses pembelajaran terlebih dahulu yang harus dilewati, dan proses tersebut juga tidak sebentar.
Proses pembelajaran itulah yang kadang tidak teramati dan hanya kesuksesannyalah yang terlihat. Jadi, tidak benar kalau ada orang ngomong pengusaha itu adalah titisan orang luar biasa yang punya bakat super sejak lahir.
JENIUS DAN BERPENDIDIKAN TINGGI
Tidak semua pengusaha jenius seperti Einstein, Thomas Alva Edison, atau Jimmy Neutron. Pengusaha hanyalah orang-orang biasa yang bekerja lebih efektif, efisien, dan konsisten dalam membangun usahanya. Namanya juga manusia biasa, mereka juga kecewa kok ketika usahanya merugi. Bedanya, mereka tetap sabar dan bangkit lagi untuk meraih kesuksesan yang tertunda itu. Sikap mental seperti itu adalah modal penting yang menjadikan mereka seorang pengusaha.
Sikap mental tersebut nggak selalu dipengaruhi oleh gelar pendidikan, walaupun ada banyak pengusaha dengan gelar pendidikan yang berhasil mengembangkan usahanya. Namun, jangan abaikan pula bahwa ada lebih banyak pengusaha sukses yang tidak mempunyai gelar pendidikan sama sekali. Jadi, gelar pendidikan itu bukan segala-galanya untuk memulai bisnis.
CULAS DAN PENUH KECURANGAN
Mitos di masyarakat meyakini bahwa pengusaha pasti penuh tipu muslihat, culas, suka menindas kaum yang lemah, dan lain sebagainya. Karena termakan mitos tersebut, banyak yang tidak mau terjun menjadi pengusaha. Padalah tidak semua pengusaha berhati busuk. Masih banyak pengusaha di luar sana yang bekerja sepenuh hati, tulus, jujur, berbakti kepada orang tua, dan menjauhi praktik-praktik terlarang yang tidak sejalan dengan nilai spiritual dan hati nuraninya. Batman saja yang punya perusahaan segede itu juga pembela kebenaran. Jadi buang jauh-jauh pemikiran kalau pengusaha itu orang jahat. Menjadi pengusaha bukan berarti harus meninggalkan nilai-nilai kebaikan, kan? Semuanya tergantung pada diri sendiri.
MODAL, MODAL, MODAL!
Ini dia mitos yang paling banyak dan sering ditemui ketika seseorang ingin menjalankan bisnis, modal, dalam artian uang. Uang biasanya menjadi faktor yang sering banget dikambinghitamkan. Padahal ada kok wirausawahan yang tidak punya modal gedhe ketika merintis bisnis. Belum tentu pula ketika uang tersedia, bisnis bisa langsung berdiri sendiri. Malah, kadang ketersediaan uang dapat menjadikan seseorang ragu untuk membuka bisnis, takut kalau uang tersebut tidak bisa digunakan semestinya. Mungkin juga uang yang sudah ada malah digunakan untuk keperluan lain yang dirasa lebih menarik dan mendesak.
Mungkin modal terbesar yang harus dimiliki pertama kali adalah niat. Setelah itu, baru tindakan. Apabila ada niat yang cukup besar untuk menjalankan bisnis, niscaya akan muncul keinginan mencari solusi dalam mendapatkan modal untuk memulai bisnis tersebut. Ada banyak cara dapetin modal untuk memulai sebuah usaha, bisa pinjaman orang tua, saudara, om, tante, pakdhe, budhe, temen deket, pacar, tetangga yang baik banget hatinya, dan lain sebagainya.
Jangan lupakan juga kekuatan internet, terutama sosial media. Siapa sih yang nggak punya sosial media semisal Facebook, Twitter, atau Instagram di zaman sekarang? Nah, sosial media bisa juga jadi modal awalmu dalam memulai suatu bisnis. Ada berbagai kerja sama yang bisa kamu lakukan hanya dengan memanfaatkan media sosial milikmu, misalnya menjadi reseller. Sedikit demi sedikit keuntungan yang kamu dapat dari menjual produk orang lain bisa tuh dijadikam modal untuk usahamu sendiri.
Meskipun sangat penting, modal bukanlah penentu utama berdirinya suatu bisnis. Semuanya berawal dari niat dari dalam hatimu.
Mitos-mitos seperti itu selain nggak bertanggung jawab, juga berpengaruh negatif. Semakin dipercaya dan diyakini kebenarannya, nggak mustahil akan muncul keengganan dan kekhawatiran memulai bisnis karena berbenturan dengan salah satu mitos tersebut.
Pada akhirnya, muncullah ketakutan memulai bisnis dan semakin yakin bahwa mitos dalam berbisnis tersebut benar adanya. Orang-orang yang berpikiran terbuka dan tidak termakan mitos-mitos seperti itulah yang akhirnya mampu menjalankan bisnis dan mengembangkannya
Mulailah melihat hal sebagaimana adanya. Mitos hanyalah kepercayaan umum yang belum teruji kebenarannya. Lihatlah hal-hal tersebut sebagai mitos yang tidak akan memengaruhimu apabila kamu tidak meyakini kebenarannya.
Demikian pembahasan mengenai mitos dalam bisnis. Hubungi Enxyclo untuk Jasa Digital Marketing Agency Solo terbaik dan tepercaya.